
Darmediatama.com – China kembali membuktikan ambisinya sebagai pemimpin inovasi teknologi dunia! Kali ini, Negeri Tirai Bambu menghadirkan tiga terobosan canggih yang siap mengguncang dominasi Amerika Serikat dalam bidang kecerdasan buatan (AI) dan komputasi kuantum. Ketiga inovasi tersebut adalah DeepSeek, Manus AI, dan Zuchongzhi-3—yang masing-masing menunjukkan lompatan besar dalam dunia teknologi.
Lantas, apa saja keunggulan dari teknologi revolusioner ini? Mari kita ulas satu per satu!
DeepSeek: Chatbot AI yang Menggetarkan Amerika
China memperkenalkan DeepSeek, sebuah model AI canggih sekaligus chatbot berbasis kecerdasan buatan yang tak hanya sekadar pesaing ChatGPT dan Google Gemini, tetapi juga mampu mendominasi pasar AI global.
DeepSeek hadir dengan kemampuan luar biasa, mulai dari menjawab pertanyaan kompleks, menganalisis data, hingga menghasilkan konten kreatif. Tak heran, sejak dirilis, popularitasnya melejit pesat. Bahkan, aplikasi ini sukses menjadi aplikasi gratis terpopuler di Apple App Store di 111 negara, serta menduduki peringkat pertama Google Play Store di 18 negara.
Di balik kecanggihan DeepSeek, ada nama Liang Wenfeng, sosok yang awalnya dikenal tertutup namun kini menjadi harapan besar China dalam menghadapi kendali ekspor teknologi dari AS. Perusahaannya, High Flyer, terus mengembangkan inovasi dengan menghadirkan dua model terbaru: DeepSeek V3 dan DeepSeek R-1.
- DeepSeek V3 menggunakan Mixture-of-Experts (MoE) dengan 671 miliar parameter, menjadikannya lebih efisien dalam penggunaan daya komputasi.
- DeepSeek R-1 memiliki kemampuan bernalar lebih tajam berkat teknik reinforcement learning, membuatnya unggul dalam analisis kompleks seperti matematika lanjutan, logika berantai, dan pemrograman.
Kehebatan DeepSeek bukan hanya mengancam dominasi teknologi AS, tetapi juga mengguncang pasar saham. Saham Nvidia (NVDA) anjlok hampir 17 persen, mengakibatkan kehilangan nilai pasar hingga 588,8 miliar dolar AS, rekor terbesar dalam sejarah Wall Street!
Manus AI: Agen AI Mandiri yang Mengubah Cara Kerja Digital
Jika selama ini AI masih memerlukan arahan manusia untuk bekerja, Manus AI hadir sebagai agen AI yang dapat berjalan secara mandiri. Dikembangkan oleh startup Monica, teknologi ini memungkinkan AI menyelesaikan tugas tanpa perlu instruksi tambahan dari pengguna.
Dalam uji coba yang dilakukan General AI Assistants (GAIA), Manus AI terbukti lebih unggul dibandingkan agen AI OpenAI, DeepResearch. Kemampuannya mencakup:
- Menganalisis ribuan dokumen secara otomatis, seperti memilih kandidat terbaik dari tumpukan CV.
- Menyusun laporan detail, termasuk pencarian tempat tinggal dengan kriteria spesifik.
- Melakukan analisis pasar saham, menghubungkan tren harga perusahaan dalam beberapa tahun terakhir.
- Membangun website dalam hitungan menit, cukup dengan satu instruksi sederhana.
Saat ini, akses ke Manus AI masih terbatas dan hanya bisa dicoba melalui undangan khusus. Namun, kehadirannya semakin memperjelas bahwa China serius dalam menghadirkan solusi AI yang lebih canggih dan efisien.
Zuchongzhi-3: Chip Kuantum dengan Kecepatan 1 Kuadriliun Kali Lebih Cepat!
Tidak hanya mendominasi AI, China juga menggebrak dunia dengan Zuchongzhi-3, chip kuantum supercanggih yang disebut 1.000 triliun kali lebih cepat dibandingkan superkomputer tercepat saat ini, El Capitan.
Sebagai perbandingan, chip kuantum Google “Sycamore” sebelumnya hanya mampu menyelesaikan tugas dalam 200 detik, sementara Zuchongzhi-3 dapat menyelesaikan tugas yang sama sejuta kali lebih cepat!
Keunggulan ini tidak hanya menunjukkan kemajuan besar China dalam komputasi kuantum, tetapi juga memperkuat posisinya dalam persaingan global di sektor teknologi tinggi. Penelitian tentang Zuchongzhi-3 bahkan telah dipublikasikan dalam jurnal ilmiah Physical Review Letters, menegaskan pencapaian supremasi kuantum China yang baru.
Kesimpulan: China Siap Menggeser Dominasi Teknologi AS?
Dengan kehadiran DeepSeek, Manus AI, dan Zuchongzhi-3, China semakin menunjukkan bahwa mereka bukan hanya sekadar pesaing, tetapi juga calon pemimpin baru dalam industri kecerdasan buatan dan komputasi kuantum. Sanksi yang diberikan AS tampaknya justru menjadi pemicu bagi China untuk berkembang lebih pesat dan mandiri dalam inovasi teknologinya.
Apakah ini berarti dominasi AS dalam teknologi akan segera berakhir? Hanya waktu yang bisa menjawabnya. Namun satu hal yang pasti, dunia sedang menyaksikan perubahan besar yang akan menentukan masa depan teknologi global!
Tetap update dengan berita teknologi terbaru hanya di Darmediatama.com!