Orang Tionghoa Sukses
DUA hal saja,
Pertama, orang Tionghoa diajarkan untuk tidak menagih kepada orang yang berutang kepada mereka, dan;
Kedua, setiap kali pergi dari rumah ke toko agar tidak terkena sinar matahari.
Ya, mungkin teman-teman pernah mendengar kisah kebijaksanaan Tionghoa yang menceritakan tentang seorang ayah yang mewariskan modal usaha kepada dua anaknya. Sang ayah berpesan seperti yang tertulis di atas, namun pesan tersebut rupanya menghasilkan dua interpretasi dan mentalitas yang berbeda.
Anak pertama mengikuti pesan ayahnya untuk tidak pernah menagih kepada orang-orang yang terlanjur berutang kepadanya, sehingga hal tersebut menyita modalnya. Pun ketika pergi ke toko, ia selalu menaiki becak untuk menghindari sinar matahari sesuai pesan sang ayah, lagi-lagi membuat modalnya kian menyusut.
Sedangkan anak kedua, karena tidak ingin menagih kepada orang yang berutang kepadanya, maka ia tidak pernah mengutangkan dagangannya, sehingga modalnya tidak terganggu. Ia juga tidak terpapar matahari, karena ia membuka toko pagi-pagi sekali sebelum toko lain buka dan menutupnya setelah orang lain tutup saat senja.
Namun ini analogi klasik saja, sebab banyak bisnis dijalankan secara kredit dan dengan akomodasi transportasi dewasa ini. Teman-teman harus menangkap substansinya seperti anak kedua (merepresentasikan mentalitas kaya), alih-alih serba-harfiah dan bebal/tidak peka seperti anak pertama (miskin).
Secara substantif, sang ayah Tionghoa berpesan tentang (1) menjalin kepercayaan, dan; (2) semangat kerja keras banting tulang cari cuan, demi masa depan keluarga dan anak-keturunan.