Darmediatama.com – Internet satelit/starlink menawarkan kelebihan dan kekurangan koneksi broadband yang didukung oleh satelit yang mengorbit di luar angkasa, baik di orbit rendah (low earth orbit) maupun tinggi (high earth orbit). kelebihan dan kekurangan starlink Satelit ini mengirim dan menerima sinyal yang kemudian diteruskan ke penyedia layanan internet, seperti Starlink, lalu ke antena dan modem pelanggan.
Internet satelit memang menjanjikan kecepatan tinggi, tetapi ada beberapa faktor yang bisa mengganggu kualitas koneksinya. Berikut adalah beberapa detail penting yang perlu Anda ketahui.
Kecepatan Tinggi tapi Rentan Gangguan
Internet satelit dapat memberikan kecepatan download dan upload yang tinggi dengan latensi rendah. Contohnya, uji coba oleh seorang pengguna Starlink di Bandung menunjukkan kecepatan hingga 200 Mbps. Namun, menurut Ridwan Effendy, Dosen Prodi Telekomunikasi di STEI ITB, kecepatan ini dapat menurun seiring bertambahnya jumlah pengguna karena jaringan dipengaruhi oleh kepadatan pengguna di area tertentu.
Selain itu, kondisi cuaca bisa mempengaruhi koneksi internet satelit. Cuaca buruk seperti hujan lebat atau badai dapat melemahkan sinyal dan meningkatkan latensi, sehingga kecepatan internet tidak lagi secepat pada kondisi normal. Hal ini berbeda dengan internet kabel serat optik yang infrastrukturnya lebih tahan terhadap cuaca buruk.
Cocok untuk Daerah 3T dan Tengah Laut
Salah satu kelebihan internet satelit adalah jangkauannya yang luas, menjadikannya cocok untuk wilayah 3T (terdepan, terpencil, dan tertinggal) atau bagi perusahaan yang beroperasi di tengah laut. Starlink lebih optimal digunakan di wilayah yang sulit dijangkau oleh infrastruktur telekomunikasi kabel serat optik.
Menurut Ridwan, bagi yang tinggal di perkotaan, layanan broadband atau seluler lebih disarankan karena lebih stabil dan biayanya lebih murah dibandingkan layanan internet satelit.
Biaya Perangkat dan Langganan yang Tinggi
Berbeda dengan internet kabel yang umumnya menyewakan perangkat jaringan kepada pelanggan, pengguna internet satelit seperti Starlink harus membeli perangkat sendiri, yang terdiri dari antena, base antena, router, dan kabel. Harganya mulai dari Rp 7,8 juta hingga Rp 43,7 juta, belum termasuk biaya langganan bulan pertama.
Survei APJII menunjukkan bahwa rata-rata tarif internet rumahan yang mampu dibayar oleh rumah tangga Indonesia adalah Rp 100 ribu hingga Rp 300 ribu per bulan. Starlink memerlukan biaya lebih tinggi, baik untuk perangkat maupun langganan bulanan.
Instalasi dan Pengalaman Pengguna
Pengguna Starlink perlu mempertimbangkan instalasi perangkat yang harus dilakukan secara mandiri. Meski pemasangannya mudah, kecepatan internet bisa bervariasi tergantung penempatan antena. Contohnya, Mohamad Wildanus Solihin dari SMP Islam Syifaul Qulub di Jawa Timur mencatat kecepatan internet mencapai 70 Mbps setelah pemasangan.
Pengguna lain, Ramda Yanurzha dari Jakarta Selatan, awalnya mengalami gangguan konektivitas karena obstruction atau halangan pada antena. Setelah memindahkan antena ke atap, kecepatan meningkat hingga 170 Mbps. Ramda menyarankan agar antena ditempatkan di area terbuka tanpa halangan.
Ramda juga mencatat bahwa layanan Starlink lebih cocok untuk segmen masyarakat menengah ke atas karena biaya perangkat dan langganan yang tinggi. Starlink bisa menjadi alternatif bagi daerah perkotaan yang tidak terjangkau oleh internet kabel atau fiber optic, tergantung pada kebutuhan individu.
Dengan demikian, meski internet satelit seperti Starlink menawarkan banyak keuntungan terutama bagi daerah terpencil, ada beberapa keterbatasan yang perlu dipertimbangkan sebelum memutuskan untuk berlangganan.
kelebihan dan kekurangan starlink